Rabu, 01 September 2010
Selasa, 10 Agustus 2010
Cerpen_Qve
“Exel,rapikan lama kamu itu za…”
“Ough, beres Ma..!!”
Emm..hari itu Exel dan keluarganya kembali ke rumah lamanya setelah bertahun-tahun tinggal di rumah neneknya di
Exel memasuki kamar lamanya, Foto-foto masa kecil, masa-masa SMP dan masa-masa SMA masih terpajang menghiasi dinding kamarnya. Yaph.. Exel memang tidak anak-anak dan remaja lagi, usianya yang sekarang genap 20thn bulan lalu, membuatnya tersenyum jika melihat aksi-aksi narsisnya waktu remaja. Seperti harapannya, dia akan kembali ke rumah lamanya setelah dia bisa mandiri dan punya pekerjaan. Next, akhirnya harapan itu terwujud juga. Sekarang Exel telah memiliki restaurant yang ia kelola sendiri yang merupakan cabang dari restaurant besar milik keluarga dari ayahnya dan sekarang Exel juga sudah tunangan ma Dava, anak rekan bisnis mamanya.(wah..bakal jadi Ny.Dava donk..)
Setelah puas memandang gambar-gambar narsisnya, Exel segera memulai membersihkan kamarnya dan merapikan barang-barangnya. Dia buka almari kayu yang tetap berdiri kokoh itu. Dia keluarkan semua isinya untuk diganti dengan yang baru, karna yang lama
Dengan perlahan Exel membuka kotak yang telah diambilnya itu. Boneka-boneka lucu kado Ultah dari teman-temannya dulu masih bersih tersimpan di dalamnya. Satu yang menarik perhatiannya. Boneka anjing berwarna orange yang lucu. Dia angkat boneka lucu itu dan sesuatu yang tertempel di boneka iu jatuh di lantai. Tak sadar seketika Exel jatuhkan air matanya tetes demi tetes saat dia melihat selembar foto kecil tersenyum manis ke hadapannya…
Zaph…!! Raffi…
Seseorang yang tepaksa harus Exel tinggalkan karena ikatan ikrar dan janji dengan ortunya tuk tak
“Ra..Ra..ffi…!!”
Exel tak bisa hentikan aliran air mata yang membasahi pipinya saat ia teringat semua masa lalunya. Saat dia harus berpisah dengan Raffi dan tak
“Exel, aku sayang kamu.. Aku
“Iza..aku
“Jangan mencoba Xel, kamu harus bisa percaya ma aku. Semua yang aku lakukan hanya untuk kamu dan hubungan kita.. Aku janji aku
“He’em…!!”
Raffi memeluk Exel dengan dekapan yang begitu eratnya.
Exel memang tak pernah bisa percayai Raffi sepenuhnya, tapi Raffi tak pernah berhenti tuk meyakinkan Exel hingga saat yang tak mereka inginkan itu tiba. Yaph.. orangtua Exel mengetahui semuanya dan membuat mereka harus benar-benar berpisah.
Tapi Raffi tak bisa terima itu semua. Dia merasa sudah berkorban terlalu banyak tuk mempertahankan hubungan mereka, dengan semudah itu orangtua Exel memaksanya untuk putus dan jauhi Exel.
Hari itu, ratusan kali Raffi calling ke nomor handphone Exel, tapi tak satupun yang Exel angkat. Puluhan sms dari Raffi memenuhi inbox-nya tapi juga tak ada satupun yang Exel balas. Hingga pada saat panggilan yang ke 148 membuat handphone Exchel berdering, Exel memutuskan untuk beranikan diri angkat telfon dari Raffi.
“Hallo..Exel…!!”
“I..iza Raff.. Da perlu apa lagi?” jawab Exel.
“
“. . . . . .” tak ada jawaban dari Exel.
“Xel..jawab Xel..!! Bicara Xel…!!”
“Maaf Raff, aku rasa semua dah jelas, kamu juga dah dengar sendiri apa yang dibilang orang tuaku, kita harus pisah. Za udah kita harus pisah dan gak mungkin bersatu lagi Raff…!!” jawab Exel lirih.
“Tapi kenapa Xel…? Kenapa harus kaya’ gini? Aku gimana Xel? Aku gak bisa kalau harus pisah ma kamu… Aku mohon Xel… kembali ke aku… Aku sayank ma kamu…” Raffi nangis. Baru kali ini Raffi terlihat begitu menderita.
“Aku juga sayank kamu Raff… Tapi maaf… a. .a. .aku gak bisa…”
“Ke. .ke. .napa Xel?Kenapa gak bisa? Mana Exel-ku yang dulu? Exel yang mau berusaha mempertahankan hubungan ini? Kenapa Xel? Kenapa kamu berubah? Jawab Xel..biar aku tau… jangan diem aja…!!”
“. . . . . .”
Exel tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Hanya isakan tangis yang terdengar oleh Raffi.
“Xel, kamu nangis? Jangan nangis… A. .a. .aku tambah hancur kalau kamu nangis…”
“Nggak.. aku gak apa-apa kok.. Aku cuma gak tau aja harus bilang apa lagi ke kamu. Kali ini aku beneran gak bisa tuk balik ke kamu Raff…!! Aku dah janji dan sumpah mati ma ortuku tuk gak balik ma kamu lagi… Maafin aku Raff….!!”
“Tapi Xel, aku gimana? Apa kamu gak inget? Dulu kita masih bisa berusaha tuk tetap contact. Kita pakai surat-surat ituapa kamu dah lupa? Kenapa sekarang gak bisa diusahain tuk tetap bersama? Aku sayank ma kamu Xel… Dah terlanjur beneran sayank… Kenapa kamu gak bisa ngerti? Atau jangan-jangan kamu dah mulai dekat ma cowo’ laen? Iza??”
“Enggak Raff… Aku gak gitu. Aku juga sayank ma kamu dan gak da cowo’ lain. Tapi aku beneran gak bisa… Aku harap kamu bisa ngerti Raff… Lupain aku dan jangan inget-inget aku lagi. Aku cuma gak mau kamu atau diriku sendiri kenapa-napa. Jangan nangis lagi..senyum za… Dan skali lagi aku minta maaf Raff…”
Tut..tut..tut.. Exel mematikan telfonnya dan mulai saat itu juga dia tak pernah mengaktifkan nomor handphone-nya itu lagi.
“Exel…Xel, aku mohon jangan tinggalin aku…. Aku mohon. . .
Exel. . . . .!!!!”
Raffi berteriak dengan iringan tangis. Dia merasa begitu sangat menderita.
Sementara Exel. . . .
“Maffin aku Raff.. kita emank harus pisah. Dan ini sebagai bukti kalau kita diciptain memang gak untuk bersama seperti yang kita harapin sebelumnya. . .”
Begitulah ucapan Exel dalam hati dengan diiringi tetesan air mata penuh kesedihan yang mengalir deras membasahi pipinya.
Mulai saat itu pula Raffi kehilangan jejak Exel. Dia sama sekali tak bisa dapat informasi soal Exel. Hingga dia akhirnya shock berat saat pertama kali tau Exel pindah ke
***
“Exel, sudah belum? Ada Dava tuch di bawah. . .!!
Exel….!!”
Mama Exel memanggilnya dari bawah. Suara mama Exel itu seketika menghilangkan lamunan Exel tentang masa lalunya itu.
“Exel…!!!” mamanya memanggil sekali lagi.
“E,,,e,,, iza Ma… Exel turun…..!!”
Exel segera mengusap air matanya dan turun ke bawah menemui Dava, tunangannya.
“Hey Dav… dah lama?” Exel menyapa Dava.
“Ouch, belum kok… paling baru 5 menitan… Jadi pergi ke resto gak? Aku anter. Lagi gak ada kerjaan nich..!!”
“Ya ampun, kamu datang jauh-jauh dari
cuma mau anterin aku ke Resto? Gokil tau gak…!!!”
“Ich… GRnya….!! Kebetulan aku lagi di rumah nenek dan sekarang aku tinggal disini juga jalanin perusahaan Nenek”
“Yach… bilang aja kalau kamu sengaja ngikutin aku
“Em.m..m.. gak tuch…!!
“Tapi apa? Haiyo. . .”
“Tapi intinya satu… Aku pengen slalu deket ma kamu aja… He..he..he…!! Gimana, aku anter za…?”
Dava menawarkan bantuan dengan senyumannya yang begitu manis.
“Kaya’nya gak usah dulu dech… Aku masih mau bersih-bersih rumah. Tanggung kurang dikit. Besok aja aku pergi sendiri gak apa-apa. . .”
“Yach…kok gitu….!! Gak bisa jalan bareng donk cayank…!!!”
Dava sedikit bercanda.
“Halah… kamu tu kaya’ anak ABG aja…. Biasa aja kalie…!!”
“Ini
Dava menarik dan memegang kedua tanga Exel dengan wajah serius.
“Cayank, dengerin aku baik-baik…. Aku sayang banget ma kamu dan aku gak mau kamu diambil orang lain. Meski jujur aja slama ini aku belum pernah ngrasain rasa cinta yang seutuhnya dari kamu untuk aku. Tapi aku bener-bener sayang ma kamu. Kamu ngerti
“Iza, aku juga sayang kamu….”
“Beneran….?”
“He’em. . .” jawab Exel singkat.
Dan kemudian Dava merengkuh Exel untuk memeluknya.
“Maafin aku Dava… kalau slama ini kamu ngrasa cintaku ke kamu gak bisa utuh. Mungkin ruang dalam hatiku memang belum bisa kamu tempati seluruhnya…”
kata Exel dalam hati.
***
Esok harinya. . . .
“Ma.. Exel keluar dulu za….?”
“Mau ke resto za? Kok gak ma Dava?”
“Iza Ma, mau ke resto sebentar. Dava lagi sibuk, jadi gak bisa anter…”
“Ouw…za sudah kalau gitu… hati-hati…!!”
“Oche Ma, tenang aja…!! Exel berangkat….!!”
Exel pergi dengan mengendarai mobil sedan hitamnya. Tapi, di tengah jalan gak tau knapa tiba-tiba mobilnya berhenti.
“Lho, kok berhenti sich…!! Kenapa juga ini..?”
Exel keluar untuk memeriksa mobilnya. Ternyata bannya kempes. (wach..gawat donk..)
Exel segera mengambil tasnya dengan niatan mau ambil handphone-nya untuk menghubungi cabang dealer service mobilnya. Tapi, sialnya lagi, HP-nya juga ketinggalan di rumah. Waw…hari yang sial banget…!! Akhirnya Exel terpaksa meninggalkan mobilnya disitu dan bergegas menuju ke dealer naik taxi. Beberapa menit kemudian dia sampai ke dealer service yang ia maksud. Dia segera mencari staff dealer untuk beri info soal mobilnya agar bisa cepat diperbaiki. Karna begitu capek, Exel membeli softdrink dan mencari tempat nyaman sambil menunggu mobilnya diperbaiki. Pas dia enak-enakan jalan, gak sengaja dia nabrak seorang staff dealer yang berjalan di depannya.
“Brak..kkk..!!”
“Za ampun.. maaf gak sengaja.. maaf banget Mas..! beneran gak sengaja..!!”
Tanpa melihat siapa yang dia tabrak, Exel segera jongkok dan merapikan kertas-kertas file yang jatuh karna dia tabrak. Setelah selesai dia berdiri dan menyodorkan kertas-kertas itu. Tapi, seketika Exell bagaikan tersambar petir saat dia melihat siapa sebenarnya yang ada di hadapannya. Ternyata dia adalah Raffi..!!
“Exel….!!”
Raffi menyapa Exel dengan wajah begitu bahagia. Tapi, ada apa dengan Exel? Dia malah lari menghindari Raffi.
“Exel…!! Mau kemana?” Ijinkan aku bicara sedikit denganmu…!!”
Raffi berlari mengejar Exel dan menahan Exel pergi dengan menarik tangannya.
“Raff… aku mohon lepasin aku… Aku gak mau semua berantakan lagi gara-gara kita bertemu lagi… Aku mohon lepasin aku…!!”
Tak disadari Exel mengeluarkan air matanya lagi. Dia bahagia bisa melihat Raffi lagi… tapi, dia juga sadar, dia memang harus lupain Raffi.
“Xel, aku mohon…. Beri aku sedikat waktu tuk bicara denganmu… Sebentaaar aja Xel..!! Aku mohon…!!”
Raffi memohon-mohon pada Exel dengan penuh perasaan. Karna Exel tak tahan melihat itu, diapun memenuhi keinginan Raffi.
“Baiklah Raff… Kita bicara di tempat biasa kita ketemu dulu…!!”
“Trima kasih Xel… trima kasih banget…!!”
Mereka menuju ke tempat biasa dulu mereka bertemu. Tempat yang di dalamnya tersimpan berjuta kenangan saat mereka masih bersama.
“Tempat ini masih sama seperti dulu… Tetep indah…!!”
Exel memperhatikan tempat di sekelilingnya.
“Tempat ini gak akan pernah berubah Xel… sebelum prasaanku ke kamu berubah….!!”
sambung Raffi lirih, yang begitu menusuk hati Exel.
“Apa kabar Xel? Slalu baik-baik aja
Raffi mengawali pembicaraan saat Exel terdiam tak bersuara.
“Iza, syukurlah aku tetep baik-baik aja… kamu sendiri?”
“Aku juga slalu baik-baik aja, meski gak sebaik yang terlihat”
“Maksud kamu?” Exel bertanya bingung.
“Kamu tau gak, kenapa tempat ini seperti tak berubah?”
Raffi menatap mata Excel dengan mata yang berkaca-kaca, membuat perasaan Exel lebih hancur, seperti tak bisa lagi menahan air mata yang serasa slalu ingin menetes jatuh.
“Gak tau… mangnya kenapa?”
“Karna tiap hari aku datang kesini Xel… Tiap hari juga aku slalu ajak kamu kesini, meski hanya bayang-bayangmu dalam anganku… tentu aja kamu ngrasa tempat ini gak da yang berubah, karna tiap hari kamu melihatnya meski kamu gak ngrasa….!!”
Raffi meneteskan setetes air matanya.
“Lucu kamu Raff… apaan sih… aneh tau gak…!!”
Exel tersenyum. Tapi, tetep saja senyum itu tak bisa menutupi matanya yang berkaca-kaca membendung air mata.
“Lucu za..? Memang lucu… udah jelas-jelas kamu bilang kamu gak
Kali ini Raffi bener-bener nangis, dan air mata itu membuat Exel merasa bagaikan pohon yang tumbang diterjang badai.
“Udah lah Raff… gak usah diterusin. Air mata kamu membuatku tambah sakit. Bisa gak bisa, kamu harus lupain aku Raff…!! Kamu cari kehidupan kamu yang baru, yang bisa buat kamu lebih bahagia Raff….!!”
“Bahagia? Tanpa kamu? Apa bisa?” tanya Raffi.
“. . . . . . . .”
tapi tak ada jawaban dari Exel. Raffi meraih tangan Exel.
“Exel, aku
Ucapan Raffi terputus saat dia terkejut melihat cincin pertunangan yang melingkar di jari manis Exel. Exel yang tau bahwa Raffi memperhatikan itu segera menarik tangannya kembali dari genggaman Raffi.
“Maaf Raff… aku harus pulang…!!”
Exel mencoba mengalihkan suasana.
“Exel, jelasin ke aku… apa artinya itu? Kenapa cincin itu ada di jari kamu?”
Raffi bertanya dengan wajah penuh harapan tuk tau yang sebenernya. Tapi Exel tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya air mata yang mengalir membasahi pipinya.
“Xel, apa tu artinya kamu dah milik orang lain?
Jawab Xel..!! Jawab…!! Jangan diem aja…!!”
Raffi, dia merasa begitu hancur, hingga dia tak tau harus gimana lagi. Dia jatuh dan tersimpuh di hadapan Exel.
“Kenapa Xel,,, kenapa kamu bener-bener tinggalin aku? Aku disini slalu berharap dan berdo’a agar kamu kembali ke aku Xel… tapi………. kamu……..”
“Maafin aku Raff… mungkin memang kita gak pernah bisa tuk bersama. Ternyata kamu dan aku sama-sama punya kehidupan masing-masing yang harus kita jalani sendiri. Aku gak mungkin kembali ke kamu lagi, meski perasaan itu masih ada dan tak pernah bisa hilang. Kita bisa mati sia-sia Raff, kalau kita memaksakan tuk terus bersama…”
Exel menjelaskan panjang lebar ke Raffi.
“Mati untuk bersama apa salahnya Xel? Aku sayank kamu…”
“Gak Raff.. hidup kita masih panjang dan kita masih bisa dapatkan sesuatu yang berarti buat kita…”
Jawab Exel dengan air mata yang deras mengalir keluar dari mata indahnya.
“Berarti…? Hidupku bisa berarti jika ada kamu disampingku… Aku hidup hanya tuk bersamamu Xel…
Aku hidup jika ku masih bisa memilikimu… Dan saat aku tak lagi bisa bersamamu, itu artinya saat ku mati gak akan kembali ke dalam hidupmu tuk mengusikmu lagi Xel… Tapi yang perlu kamu tau, aku akan slalu mencintaimu sampai kapanpun………..!!”
Raffi bebalik arah dan berlari secepat mungkin meski dia tak tau mana yang dia tuju.
“Raffi….!! Raff…!! Raffi…..!!”
Exel mengejar dan memanggil Raffi, tapi lari Raffi terlalu cepat tuk mampu terkejar oleh Exel. Dan dia hanya bisa menangis dan terjatuh di atas hamparan rerumputan kering.
“Sayank, jangan nangis lagi… Hapus air mata kamu… Ku gak bisa lihat kamu nangis…”
Suara itu membuat Exel terkejut. Why?
Yaph… itu suara Dava…
“Dava…!! Kamu…
Sejak kapan ada di sini?” Exel bertanya bingung.
“Udah, gak perlu kamu pikirin. Berdirilah… kita cari Raffi bareng-bareng. Aku antar kamu cari dia sampai ketemu. . . .”
Dava berkata lembut, tapi setetes air mata tlah jatuh di atas pipinya. Exel memandang wajah Dava yang terlihat penuh dengan ketulusan dan kasih sayang.
Dan kemudia Exel berdiri mengikuti Dava. Merekapun pergi meninggalkan tempat itu tuk mencari Raffi. Apa sich tujuannya mereka mencari Raffi? Exel hanya ingin mengucapkan kata maaf yang sebesar-besarnya ke Raffi. Dia takut kalau Raffi benar-benar akan menghilang dari kehidupannya tuk selamanya.
And apa hasilnya? Emm… ampe’ larut malam mereka belum juga menemukan Raffi, sampai mereka bingung mau cari kemana lagi.
“Sayank, udah malem nich… kita pulang dulu aja, kamu istirahat trus besok kita cari Raffi lagi…!!”
tutur Dava.
“Gak….!! Aku harus cari Raffi… Aku harus ketemu dia…!! Aku takut kalau dia kenapa-napa…”
Exel tetap berisi keras tuk mencari Raffi.
“Iya, aku juga tau itu… tapi ini udah malem Xel…!! Masih ada hari esok…!!” Jelas Dava sabar.
“Terserah… kalau kamu emang gak mau anter, aku bisa pergi sendiri.. Lagian aku juga gak minta kamu buat anter aku
Exel berkata kasar ke Dava yang membuat Dava bisa menangis dan dia mencoba bersikap tegas ke Exel.
“Exel… dengerin aku… aku sayank ma kamu…. Dan aku gak mau kamu kenapa-napa karna hanya kamu yang aku punya.. Okey, kamu memang gak pernah mencintaiku seperti kamu mencintai Raffi, aku ngerti itu… Tapi tolong, aku mohon… hargai aku…!! Hargai seseorang yang tulus sayank ma kamu…!! Aku
Dava menjelaskan panjang lebar ke Exel. Exel sadar, dia memang salah kalau memaksakan keinginannya. Diapun kemudian bersandar ke pelukan Dava.
“Maafin aku… aku tau aku salah… maafin aku…!!”
“Iya, gak masalah. Sekarang kita pulang za…???”
Ajak Dava halus.
“. . . . .”
Tanpa bersuara Exel menganggukkan kepala tanda setuju. Akhirnya mereka pulang untuk istirahat.
****
Keesokan harinya…………’
I’m fallin’ In Love… I’m fallin’ in love…
I’m fallin’ in love with you…..
Tiba-tiba handphone Exel berbunyi, tapi yang calling pakai private number.
“Hallo… Assalamu Alaikum…!!”
Exel mengangkat telfon itu. Tapi tak ada jawaban dan dia mencoba tuk menyapa lagi.
“Hallo… ni siapa za?”
“Hallo… Exel…”
Suara itu tak asing lagi bagi Exel…. Yaph,,,coalnya itu suara Raffi…
“Raffi… Raff, kamu sekarang da di mana? Aku perlu bicara beberapa hal ke kamu….!!”
Exel bertanya semangat.
“Aku tunggu kamu di bekas gedung industri lampu Jl.Merpati no.23 Xel….!!”
Tut…tut…tut…. Raffi menutup telfonnya.
“Raff…. Raffi….!!”
Setelah tau kalau Raffi telah mematikan telfonnya, dia segera lari keluar dari kamarnya dan pergi menemui Raffi. Tapi, ternyata Dava sudah sampai di depan pintu rumahnya, dan dia menahan Exel tuk pergi.
“Exel, kamu mau kemana?” tanya Dava penasaran.
“Mau cari Raffi….!!” Jawab Exel singkat.
“Kemana? Aku anter aja ya?” Dava menawarkan bantuan.
“Za udah, buruan…!! Ke Jl.Merpati no.23…!!”
Dengan cepat, Dava memacu mobilnya menuju tempat yang Exek sebutkan. Dan beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Exel segera turun dan menuju ke tempat Raffi diikuti dengan Dava. Hingga akhirnya dia menjumpai Raffi duduk termenung menatap birunya langit.
“Hey Raff….!!” Sapa Exel.
Rafi kemudian membalikkan badannya dan menatap ke arah Exel.
“Exel… kamu datang juga akhirnya…!!”
“Iza Raff… karna aku ingin bicara beberapa hal ma kamu…!!” Sahut Exel tegas.
“Bicara? Apa lagi? Oww… kamu datang kesini sama orang itu? Kamu mau ngenalin dia ke aku?”
“Bukan itu Raff… Aku mau…….”
“Udah lah Xel, gak perlu…. Kamu lebih memilih dia daripada aku… Dan dia dah merusak semua kebahagiaan yang aku miliki…!!! Dia harus mati sekarang juga…..!!”
Ucapan Exel terputus oleh Raffi dan dia begitu sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Raffi. Ditambah lagi, sebuah pistol hitam tergenggam di tangannya.
“Raffi…!! Apa yang mau kamu lakuin?” tanya Exel khawatir.
“Aku mau bunuh dia…!! Karna dia udah mengambil sesuatu yang paling berharga yang aku punya…!! Dia harus mati…..!!!”
“Raff… kamu udah gila ya? Kamu gak boleh lakuin itu Raff….!!” Sahut Exel.
“Gak apa-apa Xel… Bunuh aku Raff…!! Kalau itu bisa ngembali’in kebahagiaan kamu…. Bunuh aku… Aku rela…!!”
Dava menyambung pembicaraan antara Exel ma Raffi dan pasrah dengan papun yang akan terjadi, meski air mata tak hentinya mengalir.
“Dava…!! Knapa kamu bilang seperti itu? Gak Dav…!! Aku gak ijinin Raffi lakuin itu…!! Aku sayank kamu Dav…” jawab Exel sambil menangis .
“Gak Xel,,, Gak papa… Aku rela asal kalian bahagia… Aku dah janji
“Gak Dav….!! Aku mohon Raff jangan lakuin itu…!! Apa kamu gak sadar? Apa kamu gak ngerti? Cinta itu gak harus saling memiliki Raff…. Kamu harus tau itu…!!”
Exel memohon pada Raffi.
“Aku tau Xel, tapi gara-gara dia juga semua jadi kaya’ gini…. Dan dia harus mati sekarang juga….!!!”
Raffi menembakkan pelurunya, tapi…………
“Minggir Dav….!!” Teriak Exel. Dan. . . . . . . .
Darr..rrr..!! Peluru itu mengenai Exel, karena dia mencoba melindungi Dava…. Exel-pun jatuh tak berdaya berlumuran darah.
“Exel…!!” Dava sangat terkejut.
“Exe…e….e…l. . . . . . . . .!!” Raffi berteriak dan segera menuju ke arah Exel kemudian memeluknya.
“Exel maafin aku…. Exel… aku sayank ma kamu…. Aku sayang dan cinta banget ma kamu….. Aku gak bermaksud lukai kamu… Maafin aku….!!”
Raffi menangis begitu keras.
“Cin..cinta? Apa dalam cinta harus a..ada yang mati Raff? Haruskah daintara cin..cinta ada pertumpahan da..darah?” ucap Exel terbata-bata.
“Maafin aku Xel…. Maafin aku…!!” Raffi sangat menyesal.
“Ra..Raffi… saat i..ini juga…kamu gak ha..nya akan kehilangan ci..cinta kamu, ta..tapi kamu juga
Exel mengucapkan kata terakhirnya dan diapun telah menutupkan matanya t
“Exe. ..e. . .e . .e . .l . . . .!!” Raffi berteriak dan menangis penuh penyesalan.
“Exel…!!” Dava tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali hanya bisa jatuhkan air matanya. Hatinya hancur… Bagaimana tidak? Seseorang yang sangat dia cintai harus pergi untuk selama-lamanya.
Bagaimana dengan Raffi kemudian? Dia malah semakin tak bisa terkendali.
“Semua gara-gara kamu….!! Kamu gak hanya mengambil cinta dan kebahagiaanku, tapi karna kamu aku harus kehilangan Exel….!! Bukan Exel yang harus pergi…. Tapi kamu yang harus lenyap dari kehidupanku selama-lamanya…..!!!”
Dan. . . . . .
Dar..r…r..! dar..r..! Letusan pistol terdengar dua kali berturut turut.
Raffi benar-benar membunuh Dava. Dan saat itu juga tubuh Dava jatuh tergeletak di samping raga Exel yang telah mati.
“A…a…a….ggghhh…!!” Rafi menutup telinganya dengan kedua tangannya dan berteriak sekeras mungkin dia mampu.
“Exel, maafin aku… Aku yakin kamu pasti sangat membenciku saat ini…. Dan kamu pasti gak akan pernah maafin aku… Untuk menebus semua kesalahanku ke kamu Xel…. Aku akan menyusulmu…!! Percuma aku hidup tanpa kamu….. Lebih baik aku
mati tuk tetap ada di sampingmu. Aku sayank ma kamu Xel….!!”
Darr…r..r…!!
letusan peluru kembali terdengar lagi. Kali ini Raffi mengakhiri hidupnya sendiri. Dia tembakkan sebutir peluru ke pelipisnya hingga darah bercucuran dan mewarnai wajahnya. Diapun kemudian jatuh dengan perlahan ke lantai dan harus menghembuskan nafas terakhirnya.
Kini diantara mereka tak ada lagi cinta dalam kehidupan nyata. Semua tlah kandas dan semua tlah binasa bersama tumpahan darah. Exel, seorang gadis yang tegar telah tiada. Dava, seseorang yang dengan tulus mencintai Exel meski tak pernah dapatkan cinta dari Exel, harus pergi untuk selamanya karna Exel. Dan Raffi, seseorang yang selalu setia menunggu Exel, harus mati karna penyesalan atas perbuatan yang tanpa berfikir panjang telah dilakukannya.
Namun, cinta mereka
********
THE END